BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tempat umum atau Fasilitas
umum dan fasilitas sosial adalah milik bersama yang harus dijaga dan dirawat
dengan baik agar bisa selalu dimanfaatkan secara maksimal untuk jangka panjang.
Warga masyarakat dapat saling bahu-membahu untuk membangun dan atau memperbaiki
tempat umum atau fasilitas umum dan fasilitas sosial sendiri jika memang sangat diperlukan tanpa bergantung kepada
pemerintah. Tanpa adanya tempat umum atau fasilitas
umum dan fasilitas sosial yang memadai akan membuat hidup menjadi lebih sulit.
Tempat umum atau Fasilitas
umum maupun fasilitas sosial buatan pemerintah yang dirusak orang-orang yang
tidak bertanggung jawab akan merugikan masyarakat secara umum. Tempat umum atau fasum dan fasos yang disediakan oleh pemerintah
dibiayai oleh dana yang sebagian besar didapat dari pajak dan retribusi. Pajak
dan retribusi dikumpulkan oleh pemerintah dari masyarakat, sehingga tempat umum atau fasilitas umum dan fasilitas sosial merupakan
milik masyarakat umum.
Contoh dari tempat umum atau fasilitas umum
sendiri seperti jalan, angkutan umum, saluran air, jembatan,
fly over, under pass, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir
kanal, trotoar, jalur busway, tempat pembuangan sampah, taman, sekolah dan lain sebagainya. Dan sebagai sanitarian harus mengetahui konsep manajemen dari
tempat-tempat umum tersebut, dalam hal ini tempat umum yang akan dikaji konsep
manajemennya adalah sekolah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui
manajemen dari tempat-tempat umum dalam makalah kali ini adalah sekolah
2. Menyelesaikan
tugas mata kuliah Administrasi dan Manajemen
3. Mengetahui
ruang lingkup manajemen sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
SEKOLAH
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui
serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk
sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar. Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin tersedia setelah sekolah menengah.
Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti
sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional.
B.
FUNGSI SEKOLAH
Sebagai lembaga sosial, sekolah
mengembangkan dan melaksanakan bermacam-macam fungsi yaitu:
1. Sekolah
berfungsi sosial
Sosialisasi adalah suatu proses
belajar, dimana kita mempelajari cara-cara hidup masyarakat. Dalam proses
sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap ide-ide, pola nilai dan
standard tingkah laku dalam masyarakat dimana individu tersebut berada.
2. Fungsi
transmisi dan transformasi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan
masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Tansmisi
pengetahuan dan ketrampilan
2) Tranmisi
sikap, nilai-nilai dan norma-norma
3. Sekolah
sebagai lembaga seleksi
Sekolah tidak hanya melaksanakan
sosialisasi kepada generasi muda dan mentransmisi nilai-nilai luhur serta
mentransformasi nilai-nilai dan tingkah laku agar sesuai dengan perkembangan
zaman melainkan sekolah juga membantu dalam menentukan cara hidup mana,
nilai-nilai apa serta kemampuan dan ketrampilan bagaimana yang harus ditempuh
oleh para anak didik. Jadi sekolah membantu murid dalam menentukan perubahan
kehidupan kearah yang lebih baik.
C. PENGERTIAN
MANAJEMEN SEKOLAH
Dalam
konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam
penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan
istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di
lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga
dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung
untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang
sama.
Selanjutnya,
di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang
disampaikan oleh beberapa ahli.
1.
Kathryn . M. Bartol dan David C.
Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan
rumusan bahwa : “Manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi
(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan
demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
2.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana
dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.
3.
Secara khusus dalam konteks
pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan
dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai
“keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan
materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien”.
4.
Sementara itu, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau
keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai
tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu
terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen
atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang
kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang
pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan
suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
D.
MANAJEMEN
SEKOLAH
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan
pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses
manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun
sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen
dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun
tidak akan pernah tercapai secara semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan
pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh
personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan
pengawasan secara berkelanjutan.
Di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli
tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen
pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang
garapan yaitu :
1. Administrasi
material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda,
seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat
perlengkapan sekolah dan lain-lain.
- Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
- Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980)
bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
- Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
- Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
- Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana
dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi
pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil
personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5) school
plant; (6) school trasportation; (7) organization and structure dan (8) School
finance and business management.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang
didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan,
meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen
kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan
prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu
digaris bawahi yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan
oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,
pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan,
terutama dalam bidang school transportation dan business management. Dengan
alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke
arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke
depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan
pendidikan di Indonesia.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan
Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan
diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah,
yang mencakup :
1. Manajemen
kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen
yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur
pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus
menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di
sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian
dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian. Dalam konteks Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang
siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
- Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
- Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
- Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
- Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)
2.
Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip
dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat
beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi,
minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam,
sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c)
siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan
(d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi
juga ranah afektif, dan psikomotor.
3. Manajemen
personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia
yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen
paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika
dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan
suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen
personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat
bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping
faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen
personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di
sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil
sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4. Manajemen
keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan
dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana,
pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara
mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian
serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang
memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di
sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap
penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan
sumber-sumber lainnya.
5. Manajemen
perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana
sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk
merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah
lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai,
menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan
pra sarana sekolah.
6. Manajemen
Kinerja Guru
Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan
mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance
management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya
Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja
guru.
Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai : sebuah proses
komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang
karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun
harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini
merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya
harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan
nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat
dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang
berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya.
Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun
harapan yang jelas serta pemahaman tentang :
a. Fungsi kerja
esensial yang diharapkan dari para guru.
1. Seberapa besar
kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
2. Bagaimana guru
dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun
mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
3. Bagaimana
prestasi kerja akan diukur.
4. Mengenali
berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja
diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan
dan evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah
bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang,
menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara
mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah
dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan
kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat
digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat
membantu guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan
menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang
merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini
dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada
suatu periode tertentu ?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai
kinerja, penting sekali bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama,
tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain,
atau “selalu salahnya guru”. Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat
memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian
kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran
tentang proses manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus
manajemen kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni perencanaan, pembinaan,
dan evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung
jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase
pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau
mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan.
Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan
ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan,
siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta
organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan
keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua
dari ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan
ketiganya harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan
pertama kali, kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan
pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang
evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan
memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara
keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini,
Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk
melayani dua tujuan, yaitu :
1. Untuk mengukur
kompetensi guru dan
- Mendukung pengembangan profesional.
Sistem evaluasi
kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi
berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang
bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan
konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk
membuat berbagai perubahan di dalam kelas. Untuk mencapai
tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas sekolah)
terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan standar
evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan :
1.
Keterampilan-keterampilan dalam mengajar;
- Bersifat seobyektif mungkin;
- Komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai dievaluasi, dan
- Dikaitkan dengan pengembangan profesional guru.
Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan
pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi
tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat.
Beberapa prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator,
diantaranya :
- Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
- Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
- Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap hasil evaluasi
seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat memberikan umpan balik
kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya.
Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :
Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :
- Penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak;
- Penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru;
- Menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi;
- Menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik;
- Memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar