BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Artropoda kesehatan membuat dampak yang
beragam terhadap kesejahteraan manusia, mulai dari gangguan terhadap kenyamanan
hidup, menyebabkan kerugian ekonomi, sampai menimbulkan penyakit yang tidak
jarang menyebabkan kematian. Artropoda yang berperan penting terhadap kesehatan
termasuk dalam oro-ordo Diptera (nyamuk dan lalat), Phthiraptera (kutu),
Hemiptera (kepik), Dictyoptera (lipas), Siphonaptera (pinjal) dan Hymenoptera
(semut, tawon dan lebah) dari kelas Insecta (Hexapoda), serta Acari (tungau dan
caplak), Araneae (labah-labah) dan Scorpions (kalajengking) dari kelas
Arachnida. Gangguan kenyamanan terutama disebabkan oleh hama permukiman,
khususnya nyamuk, lalat, lipas, dan semut, kerugian ekonomis oleh berbagai
jenis ektoparasit pada hewan piara, sedang berbagai penyakit disebarluaskan
oleh vektor.
Kendala yang ada terutama dihadapi di bidang
entomologi veteriner karena amat rendahnya perhatian terhadap masalah yang
ditimbulkan. Untuk entomologi kesehatan pada umumnya, kurangnya kepakaran
dengan akibat kurangnya informasi tentang bioekologi merupakan tantangan yang
harus segera ditangani. Peningkatan penelitian dan sosialisasi peranan
entomologi kesehatan dalam pembangunan bangsa perlu dilakukan. Mengingat hal itu maka kami akan membahas tentang
Entomologi Kesehatan, siklus hidup serangga dan peranannya dalam kesehatan,
fisiologi serangga, sehingga nantinya dapat dilakukan pengendalian yang tepat.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui
pengertian Entomologi dan Entomologi Kesehatan
2. Mengetahui
siklus hidup serangga dan binatang pengganggu serta peranannya dalam kesehatan
3. Mengetahui
Fisiologi serangga
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ENTOMOLOGI
Entomologi adalah Ilmu yg mempelajari tentang seluk-beluk serangga pada
umumnya. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang
mempelajari artropoda (hewan beruas-ruas) lainnya,
khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan
kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Istilah ini berasal dari
dua perkataan Latin - entomon bermakna serangga dan logos
bermakna ilmu pengetahuan.
B.
PENGERTIAN
ENTOMOLOGI KESEHATAN
Ilmu yg
mempelajari tentang seluk-beluk serangga yg berperan sebagai vektor penyakit atau yang merugikan kehidupan
manusia.
C.
SIKLUS
HIDUP SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU
Selama hidupnya,
serangga berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada
dua macam metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna.
1.
Metamorphosis tidak sempurna.
Merupakan
metamorphosis yang melewati 2 tahapan yaitu dari telur menjadi nimfa kemudian
menjadi hewan dewasa. Biasanya metamorfosis ini terjadi pada serangga seperti
capung, belalang, jangkrik dan lainnya.
a.
Siklus Hidup Capung
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah
dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun,
tetapi hanya beberapa minggu saja (maksimal sampai 4 bulan) yang dijalaninya
sebagai capung dewasa. Ada 3 tahapan dalam siklus hidup capung, yaitu telur, nimfa,
dan capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa (serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya)yang
hidup di dalam air.
meletakan telurnya pada ranting tanaman yang
ada di dalam air. Ada juga capung betina
yang melepaskan begitu saja telurnya ke dalam air. Pada beberapa spesies, capung jantan akan tetap bersama dengan capung betina dan terbang bersama sambil sang capung betina
meletakan telurnya ke air. Ada juga capung jantan yang melepaskan capung betina setelah kawin tetapi tetap mengawasinya saat capung betina itu
bertelur. Kadang capung betina
bertelur hanya sendiri
saja.
kehidupan larva capung sebagai nimfa (nymphs,
atau naiads) pun dimulai. Nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang
ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat
memburu dan memangsa berudu dan anak ikan Nimfa
capung bernafas dengan insang yang ada di
dalam rektumnya di ujung perut. Sedangkan nimfa capung jarum
bernafas dengan 3 insang seperti bulu yang ada di ujung perutnya. Nimfa
capung akan hidup di air sampai menjadi
cukup besar untuk kemudian berubah menjadi capung dewasa (imago). Nimfa akan mengalami beberapa
kali pergantian kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit itu
disebut instar. Tergantung dari
jenis spesiesnya, bisa terdapat 8-17 instar. Umur nimfa sendiri dapat mencapai 4 minggu sampai beberapa
tahun. Instar terakhir
akan merayap keluar dari air, melepas kulitnya dan keluar sebagai capung dewasa.
benar berkembang, dan kondisi lingkungan/cuaca mendukung,
ia akan menyelesaikan tahap metamorfosisnya menjadi capung dewasa dengan merayap keluar dari air pada
ranting tanaman. Nimfa akan
melepaskan kulitnya dan menjadi capung dewasa muda. Kulit nimfa itu di sebut exuvia.
Beberapa spesies capung melakukan proses pelepasan exuvia pada malam hari dan siap terbang pada keesokan harinya. Spesies lainnya melakukannya pada siang hari. Proses ini biasanya berlangsung singkat, hanya beberapa jam saja, tetapi diikuti oleh jumlah capung yang banyak. Penetasan masal ini menjamin capung jantan dan betina akan dewasa sempurna dalam waktu yang sama. Hal ini juga untuk menjamin agar ada cukup banyak capung dewasa nantinya, yang selamat dari kejaran predatornya, yang akan melanjutkan proses perkembang-biakan selanjutnya.
Ketika capung melepaskan exuvia-nya, maka ia telah menjadi capung dewasa sepenuhnya namun belum cukup matang secara seksual. Diperlukan waktu sampai sekitar 2 minggu untuk bisa benar-benar dewasa secara seksual (mature). Capung yang baru lahir ini, dengan warna yang lebih pucat dari capung dewasa sepenuhnya, disebut “teneral” atau immature. Capung akan mulai berburu mangsanya sambil terbang.Ketika capung sudah dewasa sepenuhnya, ia akan mulai mencari lingkungan yang basah dan mulai mencari pasangan. Ketika telah menemukan pasangan dan kawin, capung betina akan mulai bertelur dan siklus hidup capung di mulai lagi. Capung dewasa hanya dapat hidup maksimal sampai 4 bulan.
Beberapa spesies capung melakukan proses pelepasan exuvia pada malam hari dan siap terbang pada keesokan harinya. Spesies lainnya melakukannya pada siang hari. Proses ini biasanya berlangsung singkat, hanya beberapa jam saja, tetapi diikuti oleh jumlah capung yang banyak. Penetasan masal ini menjamin capung jantan dan betina akan dewasa sempurna dalam waktu yang sama. Hal ini juga untuk menjamin agar ada cukup banyak capung dewasa nantinya, yang selamat dari kejaran predatornya, yang akan melanjutkan proses perkembang-biakan selanjutnya.
Ketika capung melepaskan exuvia-nya, maka ia telah menjadi capung dewasa sepenuhnya namun belum cukup matang secara seksual. Diperlukan waktu sampai sekitar 2 minggu untuk bisa benar-benar dewasa secara seksual (mature). Capung yang baru lahir ini, dengan warna yang lebih pucat dari capung dewasa sepenuhnya, disebut “teneral” atau immature. Capung akan mulai berburu mangsanya sambil terbang.Ketika capung sudah dewasa sepenuhnya, ia akan mulai mencari lingkungan yang basah dan mulai mencari pasangan. Ketika telah menemukan pasangan dan kawin, capung betina akan mulai bertelur dan siklus hidup capung di mulai lagi. Capung dewasa hanya dapat hidup maksimal sampai 4 bulan.
b.
Siklus Hidup Belalang
Belalang adalah hewan
yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah
metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago
(dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda.
1.
Telur belalang menetas
menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap
dan organ reproduksi.
2.
Nimfa belalang yang
baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar
matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama
masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali
(sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap
fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
3.
Setelah melewati tahap
nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara
seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3
minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur
mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1
bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka
selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas,
daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
c. Siklus
Hidup Jangkrik
1.
Telur
Telur-telur dari marga Gryllus
berbenruk silindris seperti buah pisang ambon, berwarna kuning muda bening
dengan panjang rata-rata 2,5 - 3 mm. Di salah satu bagian atas dari telur ada
tonjolan yang disebut operculum. Tonjolan ini merupakan celah untuk keluarnya
nimfa dari dalam telur. Kulit telur tidak akan pecah bila ditekan sekalipun
karena sangat liat dan kuat, baru bisa pecah bila ditusuk. Kulit telur ini
berfungsi melindungi bagian dalam telur. Saat telur baru diletakkan berwarna
kuning muda, cerah dan segar. Satu hari kemudian warnanya berubah menjadi
kuning tua cerah dengan garis-garis halus berwarna abu-abu. Tanda-tanda telur
yang tidak bisa menetas adalah berwarna kuning agak gelap dengan permukaan
keriput. Mengapa telur tidak dapat menetas? Ada beberapa kemungkinan. Pertama,
mungkin telur terserang parasit atau penyakit. Kedua, mungkin telur tersebut
tidak terbuahi oleh jangkrik jantan. Ketiga, pada saat bertelur kondisi
lingkungan tidak mendukung, seperti tidak adanya sarana tempat peletakan telur
dan kelembabannya tidak mencukupi. Di alam jangkrik dapat bertelur dan
menetaskan telurnya pada tanah atau pasir. Telur ini dikeluarkan dan ditusukkan
ovipositornya sedalam 5 - 15 mm di tanah atau pasir. Jangkrik betina dapat
bertelur walaupun tidak dikawini jangkrik jantan. Namun telurnya tidak dapat menetas
yang disebut dengan telur infertil (tidak subur). Telur ini diletakkan
berkelompok. Dalam satu kelompok yang jumlahnya antara 4 - 120 butir ini
menetasnya tidak bersamaan. Telur akan menetas di permukaan kapas atau kain
yang lembut dan basah pada kisaran hari ke-13 sampai hari ke-25 setelah
peletakan telur
2. Nimfa
Jangkrik stadia nimfa mengalami lima kali
pergantian kulit yang disebut eksdisis. Lama proses pergantian kulit tergantung
pada besarnya serangga. Pergantian kulit pertama, saat serangga masih kecil,
lebih cepat daripada pergantian kulit yang terakhir. Untuk pergantian kulit
yang terakhir jangkrik membutuhkan waktu rata-rata 13-15 menit di laboratorium.
Kulit dilepaskan dari arah depan ke belakang dengan mengontraksikan
otot-ototnya secara pelan-pelan. Jangkrik yang baru berganti kulit warnanya
putih pucat. Lima sampai sepuluh menit kemudian warnanya berubah menjadi
cokelat muda. Setelah satu jam berikutnya warna berubah menjadi cokelat tua dan
sudah dapat berjalan seperti biasanya. Nimfa yang baru keluar dari telur masih
tetap bergerombol di sekitar sisa-sisa kulit telur sambil memakn sisa-sisa
cairan telur. Selanjutnya nimfa berpencar satu per satu dengan arah yang tidak
teratur, dan akan berkumpul di sekitar tempat penetasan yang basah atau lembab
sambil mengisapnya. Lama stadia nimfa G. testaceus Walk dan G. mitratus di
laboratorium berbeda. Lama stadia nimfa ini selain tergantung jenis jangkriknya
juga tergantung jenis makanan yang diberikan. Di laboratorium, nimfa dari jenis
yang sama diberi makanan ubi mengalami pertumbuhan lebih lama dibanding dengan
diberi wortel. Tetapi jangkrik yang diberi makan ubi mempunyai stamina lebih
kuat. Pada nimfa IV, selain opivositor pada betina mulai muncul, juga
sayap-sayap mulai berkembang. Pada nimfa V barulah lengkap pertumbuhan sayap
jantan dan betina dan bisa dikawinkan.
3. Dewasa
Serangga muda jenis Gryllus testacus yang
dipelihara di laboratorium mulai dapat kawin setelah berumur 7-10 hari,
dihitung setelah melewati nimfa V atau setelah menjadi imago atau dewasa. Untuk
G. mitratus kawin mulai 8-13 hari. Mulai bertelurnya sama, yaitu 7-10 hari
setelah kawin. Jumlah telur yang dikeluarkan atau diletakkan pertama kali
umumnya sedikit, kemudian bertambah pada peletakan selanjutnya. Puncak
peletakan telur terbanyak pada peletakan yang ketiga sampai kedelapan. Setelah
itu jumlahnya menurun lagi sampai pada peletakan telur terakhir yang jumlahnya
rata-rata tinggal 4-6 butir. Frekuensi bertelur dari G. testaceus sekitar 16
kali, sedangkan G. mitratus sekitar 25 kali. Telur diletakkan pada media
peneluran yang berupa gulungan kapas atau kain halus yang telah dibasahi. Kapas
dan kain yang lembab selain berguna untuk meletakkan telur juga berfungsi untuk
menjaga kelembaban lingkungan. Peletakan telur dilakukan oleh serangga betina
dengan cara menusukkan ovipositor ke dalam tanah, gulungan kapas atau kain. Telur
dikeluarkan melalui ovipositor satu per satu. Setelah satu telur keluar,
ovipositor ditarik dan digeser sedikit kemudian telur dikeluarkan lagi dan
begitu seterusnya sehingga telur terlindungi oleh tanah atau kapas. Jika tidak
ditemui media untuk bertelur tersebut maka telur akan diletakkan di sela-sela
makanan atau diletakkan berceceran di dasar kandang. Masa produktif jangkrik
betina berbeda tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari. Setelah masa
produktifnya lewat, betina akan mengalami menopause sebelum ajal kematian
menjemputnya. Pada masaa-masa produktif ini baik jantan maupun betina saling
memakan, walaupun makanan berlimpah.
d.
Siklus Hidup Kecoa
Kecoa mengalami metamorfosis tidak sempurna. Kecoa dewasa akan
bertelur.Telur kecoa kemudian akan menetas menjadi kecoa muda yang tidak
bersayap.
2.
Metamorfosis
sempurna.
Merupakan
metamorphosis yang melewati tahapan-tahapan mulai dari telur-larva-pupa-imago
(dewasa). Contoh metamorphosis sempurna terjadi
pada katak dan kupu-kupu. Berikut adalah proses metamorfosis sempurna :
a.
Siklus Hidup Katak
Metamorfosis pada katak pada awalnya, katak betina
dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari.
Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu. Setelah berumur 2
hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur
3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang
berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12
minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas
dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut
akan berubah menjadi katak dewasa.
b.
Siklus Hidup
Kupu-kupu
Kupu – kupu mengalami metamorfosis sempurna. Daur hidupnya di mulai daritelur. Telur kemudian berkembang dan tumbuh menjadi ulat. Ulat biasanya hidup di atasdaun dan memakan daun sebagai makanannya. Ulat – ulat kemudian memakan dauntanpa henti. Setelah mengalami pergantian kulit selama 3
sampai 4 kali, ulat kemudian bergerak sangat lambat. Lalu ulat akan membungkus
dirinya dengan air liurnya danmelekat pada daun / batang . Bentuk kepompong berlangsung lama beberapa hari dankemudian akan berubah menjadi kupu
– kupu
c.
Siklus hidup Lalat
1. Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval
panjang dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh
lalat betina sebanyak 150-200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh
faktor panas dan kelembaban, tempat bertelur dimana semakin panas semakin cepat
menetas dan berlaku sebaliknya. Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang
lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran manusia atau bahan-bahan lain
yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.
2.
Stadium Kedua (Stadium
Larva atau Tempayak)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu:Tingkat
I --- Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm,
berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan,
setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Tingkat
II --- Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit
akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak.
Tingkat
III --- Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9
hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan
sejuk untuk berubah menjadi kepompong.
3.
Stadium Ketiga (Stadium
Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi
jaringan tubuh dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu
setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa ini berwarna coklat hitam dan
berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi dewasa, kurang
bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui
celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.
4.
Stadium Keempat (Stadium
Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah
berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap
untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur
lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor suhu
setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap pertumbuhan
lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.
3.
Siklus
Hidup Binatang Pengganggu
a. Siklus
Hidup Nyamuk
Semua
serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan
yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya
terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan
kehidupan yaitu : Tingkatan di dalam air. Tingkatan di
luar temp at berair (darat/udara).
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup:
telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada
spesies - dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan
itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya,
baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina
memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk memberi nutrisi pada
telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah
untuk berkembang. Panjang siklus hidup nyamuk sangat bervarisi, tergantung
jenis spesiesnya. Lama siklus pada tiap tahap perkembangan masing-masing nyamuk
juga tidak sama. Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam
tempo 14 hari pada 20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian
spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan.
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang
mengalami tingkatan (stadium) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk
terdapat 4 stadium dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium
hidup dialam bebas.
1.
Nyamuk Dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1,
nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk
betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai
nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk
jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya
nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air,
siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air
ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada
didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar
dari telur masih sangat halus seperti jarum.
2.
Telur Nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang
berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati.
Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda–beda tergantung dari jenisnya.
Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau
bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan
dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk Aedes
meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada
permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan
tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada
tumbuhan- tumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan
bungan.
Tidak menutup kemungkinan, telur nyamuk
biasanya(spesies tertentu saja) diletakkan pada daun lembab atau kolam yang
kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan
reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu
dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami
telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris,
baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan
telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari
300 telur. Setelah itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman).
pada periode ini. Inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah
itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai
siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya
sebanyak 2 kali. Stadium telur ini memakan waktu 3.
Jentik Nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah
pertumbuhan dan melengkapi bulu-bulunya, Waktu yang diperlukan untuk
pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta
species nyamuk. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada
tidaknya binatang predator. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di
sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat
pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk
thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan
mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies
lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomyia hidup dalam keadaan luar
biasa. Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan
epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik
spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir
pantai.
3.
Kepompong/Pupa
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada
di dalam air. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk
thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Pada staidum ini memerlukan
makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang. Stadium kepompong
akan memakan waktu lebih kurang 1-2 hari. Setelah
cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat
dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama
kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan
lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam
meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama
hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya
dari kepompong.
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan
siap terbang dengan semua organnya seperti antena, belalai, kaki, dada, sayap,
perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa
disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah
tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak
langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air.
Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan
kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya
setelah istirahat sekitar setengah jam.
b. Siklus
Hidup Tikus
Tikus dan mencit mencapai umur dewasa sangat cepat, masa kebuntingannya
sangat pendek dan berulang-ulang
dengan jumlah anak yang banyak pada
setiap kebuntingan.
D.
PERANANNYA
DALAM KESEHATAN
Tidak semua
jenis serangga merugikan manusia, ada beberapa jenis serangga mempunyai arti
penting bagi kehidupan man.
misalnya. Lebah penghasil
madu. Selain menghasilkan Madu, juga berperan membantu proses penyerbukan pada tanaman.
1.
Peranan Serangga dalam kesehatan.
Yaitu serangga (artropoda) itu sendiri yang menyebabkan sakit pada
organ manusia atau hewan.
mis. Entomofobia, dermatosis kehilangan darah, racun serangga, alergi, miasis dan kerusakan alat indra.
mis. Entomofobia, dermatosis kehilangan darah, racun serangga, alergi, miasis dan kerusakan alat indra.
2.
Peranan serangga dlm kesehatan.
Selain serangga dapat menimbulkan penyakit pada manusia secara
langsung, namun serangga juga
berperan sebagai vektor penyakit.misal : Nyamuk Aedes sebagai vektotr penyakit Demam
Berdarah Dengue. Nyamuk Culex sebagai vektor penyakit Filariasis –
3.
Keuntungan serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya
yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek
estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh
alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,
penghasil madu (dari genus Apis) dll. Disamping peran secara langsung serangga
juga memiliki peran yang tidak langsung yaitu menjaga keseimbangan ekologi di
alam, karena serangga adalah salah satu dari rantai makanan, dimana beberapa
jenis burung menjadikan serangga sebagai makanannya, namun jika jumlah yang
tidak terkendali karena keseimbangan alam yang terganggu karena akibat
berkurangnya pemangsa serangga, maka jumlah serangga akan tidak terkendali,
karena salah satu sifatnya perkembang biakannya yang cepat, sehingga hal ini
juga akan merugikan, baik bagi pertanian, perkebunan, kepada manusia secara
langsung.
E.
FISIOLOGI
SERANGGA
A.
Sistem
Integument
Sistem integumen
adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut,
bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
Kata ini berasal dari bahasa Latin integumentum yang berarti penutup. Integumen
merupakan suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah
organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem
integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan
derivat-derivatnya. Serangga memiliki dinding tubuh yang disebut
integumen. Integumen ini berperan sebagai kerangka luar (eksoskleleton).
a.
Anatomi Luar Integumen
Integumen
terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
- Lapisan dasar (basement membrane).
- Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
- Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1m.
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk
oleh sel hidup di bawahnya yaitu epikutikula, dan terdiri dari prokutikula dan
epikutikula. Prokutikula terdiri dari lapisan yang lebih tebal dibandingkan
epikutikula.
1.
Prokutikula terdiri dari lapisan endokutikula dan
eksokutikula.
- Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :
A.
Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin
(lipoprotein).
B.
Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit
ditembus air.
- Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan eksokutikula, disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses pengerasan yang disebut dengan sklerotisasi.
- Kutikula relatif permiabel, dan bila keadaannya tipis, maka dapat dilalui oleh air dan gas.
Pada kutikula sering dijumpai :
- sulkus, yaitu lekukan pada kutikula bagian luar
- sutura, yaitu garis persatuan antara dua sklerit yang terpisah
- apodema atau apofisis, yaitupenonjolan bagian dalam kutikula
Integumen serangga sangat sering
terlibat dalam strategi pertahanan terhadap predator dan agen patogen. Umumnya
merupakan titik kontak pertama dalam interaksi antara musuh alami serangga dan
semacamnya. Ini seringkali menawarkan perlindungan yang efisien sebagai
penghalang fisik karena kekerasannya, misalnya, dalam kumbang dewasa. Pada
ekstrim yang berlawanan, sebuah kekuatan mekanik rendah integumen dapat
terlibat dalam strategi pertahanan serangga juga.
Exoskeleton serangga (integumen)
berfungsi tidak hanya sebagai pelindung seluruh tubuh, tetapi juga sebagai
permukaan untuk otot lampiran, penghalang air-ketat terhadap pengeringan, dan
antarmuka sensorik dengan lingkungan. Ini adalah struktur berlapis dengan empat
wilayah fungsional: epicuticle, procuticle, epidermis, dan membran basal.
Epidermis pada dasarnya merupakan
suatu jaringan sekretorik yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Hal ini
bertanggung jawab untuk memproduksi setidaknya bagian dari membran basement
serta semua lapisan atasnya dari kutikula. Membran basal adalah bilayer
mendukung mucopolysaccharides amorf (lamina basal) dan serat kolagen (lapisan
retikuler). Membran ini Procuticle terletak tepat di atas epidermis. Ini berisi
microfiber kitin dikelilingi oleh matriks protein yang bervariasi dalam
komposisi dari serangga ke tempat serangga dan bahkan dari ke tempat dalam
tubuh serangga tunggal. Sebagai bentuk procuticle, itu ditetapkan dalam
lamellae tipis dengan microfiber kitin berorientasi pada sudut yang sedikit
berbeda di setiap lapisan berikutnya. Di beberapa bagian tubuh, procuticle
stratifies menjadi exocuticle, keras luar dan endocuticle, lembut batin.
Diferensiasi exocuticle
melibatkan proses kimia (disebut sclerotization) yang terjadi segera setelah
meranggas masing-masing. Selama sclerotization, molekul protein individu
dihubungkan oleh senyawa kuinon. Reaksi-reaksi “memperkuat” matriks protein,
menciptakan kaku “piring” dari exoskeleton yang dikenal sebagai sclerites.
Kuinon lintas-hubungan tidak terbentuk di bagian mana resilin exoskeleton
(suatu protein elastis) hadir dalam konsentrasi tinggi. Daerah ini merupakan
membran – mereka tetap lembut dan fleksibel karena mereka tidak pernah
mengembangkan exocuticle baik dibedakan.berfungsi sebagai dukungan untuk
sel-sel epidermis dan efektif memisahkan hemocoel (rongga tubuh utama serangga)
dari integumen tersebut.. Epicuticle adalah bagian terluar dari kutikula.
Fungsinya adalah untuk mengurangi kehilangan air dan menghalangi invasi benda
asing. Lapisan paling dalam epicuticle sering disebut lapisan cuticulin, strata
terdiri dari lipoprotein dan rantai asam lemak tertanam dalam kompleks
protein-polifenol. Sebuah monolayer berorientasi molekul lilin terletak tepat
di atas lapisan cuticulin, yang berfungsi sebagai penghalang utama untuk
pergerakan air ke dalam atau keluar dari tubuh serangga. Dalam banyak serangga
lapisan semen meliputi lilin dan melindunginya dari abrasi.
B.Sistem Pernapasan
Semua binatang memerlukan pembekalan
energi dan umumnya mendapatkan energi melalui proses respirasi
(pernafasan). Respirasi terdiri dari pengambilan, transportasi dan
penggunaan oksigen oleh jaringan-jaringan dan pelepasan dan pembuangan limbah,
terutama dioksida dan lingkungannya disebut respirasi luar (eksternal), sedang
pertukaran gas di dalam sel disebut respirasi dalam (internal) atau metabolisme
respirasi. Respirasi luar pada hampir semua serangga dilaksanakan oleh sistem
trakea. Melalui sistem ini udara/oksigen dari luar diantarkan ke jaringan
dan sel-sel yang memerlukan. Pada serangga ukuran besar yang aktif, untuk
melancarkan proses pernapasan itu dibantu sedikit-banyak oleh ventilasi mekanis
dari trakea abdomen dan kantung-kantung udara yang dihasilkan oleh
gerakan-gerakan ritmik tubuh. Proses ini disebut ventilasi aktif.
Analisis menunjukkan bahwa seperempat dari jumlah CO2 yang terjadi
karena respirasi lepas keluar melalui permukaan tubuh. Hal ini karena gas CO2
dapat berdifusi melalui jaringan binatang 35x lebih cepat daripada
oksigen
(Jumar, 2000).
Insecta
(Serangga) bernapas dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Udara
keluar masuk ke pembuluh trakea melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton
yang disebut stigma atau spirakel. Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk
menyaring debu. Stigma dapat terbuka dan tertutup karena adanya katup-katup
yang di atur oleh otot. Tabung trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang
terkecil berujung buntu dan berukuran kurang lebih 0,1 nano meter. Cabang ini
disebut trakeolus (berisi udara dan cairan). Oksigen larut dalam cairan ini
kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada Insecta, oksigen
tidak diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea.
Faktor
yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain adalah temperatur suhu cuaca.
Jika temperatur suhu cuacanya tidak teratur bisa mempengaruhi laju konsumsi
oksigen semakin banyak atau tidaknya. Faktor spesies hewan, jika menguji
pernapasan pada hewan yang lebih besar pasti membutuhkan lebih banyak laju
mengkonsumsi oksigen. Faktor ukuran badan, jika hewan berukuran kecil pasti
tidak banyak membutuhkan oksigen dan jika ukuran badan hewannya besar pasti
membutuhkan oksigen yang banyak. Dan faktor aktivitasnya, semua makhluk hidup
jika aktivitasnya banyak pasti membutuhkan banyak oksigen juga sama seperti
halnya pada hewan jangkrik .
Serangga
mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk
mengengkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan
CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa
halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan
CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara
masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya
pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot
tubuh yang bergerak secara teratur.Proses respirasi pada serangga sama dengan
pada organisme lain. Yaitu merupakan proses pengambilan oksigen (O2),
untuk diproses dalam mitokhondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik
membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya
terdapat perbedaan jelas, di udara terdapat kurang lebih 20% oksigen, sedangkan
di air sekitar 10%. Oleh karenanya kecepatan difusinya juga berbeda, di air 3 x
106 lebih kecil daripada kecepatan difusi O2 di udara.
Corong
hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh
silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen
tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur.
Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat. Udara masuk melalui empat pasang spirakel depan dan keluar
melalui enam pasang spirakel belakang. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel,
kemudian menuju pembuluh-pembuluh trakea, selanjutnya pembuluh trakea bercabang
lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus. Dengan demikian, oksigen
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus
merupakan cabang-cabang terkecil berukuran ± 0,1 mµ dari saluran pembuluh
trakea yang berhubungan langsung dengan jaringan tubuh dan tidak berlapis zat
kitin. Trakeolus ini merupakan tempat terjadinya pertukaran udara pernapasan.
Trakeolus mempunyai fungsi sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada Vertebrata. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel.
Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga
dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada vertebrata.
Sistem
pernafasan pada serangga megenal dua sistem, yaitu sistem terbuka
dan sistem tertutup.
Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan
total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2,
CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan
dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2
dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan,
sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding
yang ada di udara.
Pada
umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada
volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas
permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh. Sebaliknya pada
serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung
udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang
harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa
jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem
respirasi terbuka
banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air,
sedang sistem tertutup
digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum,
antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik
air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical gill
digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun,tekanan
udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air
ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara.
Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah terkandung
terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya
terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan
suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka
CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam
ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis
khusus (special
physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air
dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan
insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis,
berfungsi karena gerak biologis.
Mekanisme
pernapasan pada serangga adalah sebagai berikut (misal belalang):
Jika otot
perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali
pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan
tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke trakea.
Sistem
trakea berfungsi mengangkut OZ dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan
sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan
untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian
ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.
Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan
tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga
air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam
waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di
organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam
gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain
itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap
udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa
insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
C.
Sistem
Pencernaan
Bentuk morfologi saluran pencernaan tergantung pada :
a.
Jenis serangga
b.
Cara makan
c.
Cara hidup
Misalnya
: Serangga pengunyah, mempunyai saluran makanan yang lebih sederhana daripada
serangga yang menghisap cairan madu.
Saluran
makanan ada 3 bagian :
a. Saluran
depan
Berasal dari pelipatan stomodeum, dilapisi dengan
lapisan kutikula tipis, berfungsi mengambil dan mengolah makanan, tidak
menghasilkan enzim tetapi mempunyai kelenjar lusah yang bermuara di mulut
b. Saluran
tengah
Berasal daro endoderm dan tidak mempunyai lapisan
kutikula, berfungsi untuk menyerap makanan.
c. Saluran
belakang
Terjadi dari pelipatan proctodeum dan mempunyai
lapisan kutikula pada permukaan dalamnya, berfungsi untuk membuang makanan.
Pada ordo Collembola mempunyai saluran yang sangat sederhana, tidak
mempunyai bagian-bagian penonjolan yang berarti dan tidak mempunyai tabung
malhigi. Serangga pengunyah mempunyai proventriculus yang tumbuh dengan bak dan
tidak terdapat pada serangga penghisap cairan. Pada lipas, makanan dari mulut
masuk ke tembolok (crop) dan masih mengandung campuran ludah. Pada
proventriculus makanan lebih dihaluskan lagi karena adanya gerigi pada bagian
ini. Fungsi rigi-rigi ini supaya makanan tidak kembali ke tembolok.
Pada lebah, oesofagusnya sangat panjang dan temboloknya juga tumbuh baik.
Pada serangga penghisap farinxnya berubah menjadi alat hisap proventriculus
tidak ada, contohnya pada lalat, kupu-kupu mempunyai kerongkongan yang sempit
dengan tembolok yang tumbuh membesar ke samping.
D.
Sistem
Syaraf
Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga
tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem
saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf
ventral terdiri dari dua paralel connectives
sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion
pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak
dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion
supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam
protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang
mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera
di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang
ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot
tertentu. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga
tali yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan
pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar
berfungsi sebagai otak.
Pada
belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut
ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang.
Ada 3
macam ganglion :
(1)
Ganglion kepala, menerima urat
saraf yang berasal dari mata dan antena.
(2)
Ganglion di bawah kerongkongan,
mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang
atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
(3)
Ganglion ruas-ruas badan berupa
serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh
yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak
dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang
membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan
ganglion yang lain.
Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf,
yaitu :
sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.
sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel
saraf.
sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke
otot.
Ada 3 macam susunan, yaitu
- Monopolar
- Bipolar
- Multipolar
Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang
bentuk lainnya adalah "monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada
SSP.
Neuron bipolar dengan demikian lebih banyak dipergunakan untuk
menerima dan meneruskan rangsang, sementara yang monopolar dipergunakan untuk
memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai dengan jenis rangsang.
Organ Peraba, Syaraf, dan
Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor dan
mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan mata
serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana pada
chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk menghasilkan
impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform atau placoid.
Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah hygroreceptor
dan geomagneticreceptor. Siatem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi
supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem
syaraf visceral adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron
motor, dan interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang penting
dalam membawa impuls melewati synapse.
E.
Sistem
Peredaran Darah
Organ sirkulasi
pada serangga berupa jantung pembuluh dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang
utama pada serangga ialah pembuluh darah dorsal (punggung) yang memanjang di
sepanjang thorax (dada) dan abdomen (perut). Pada bagian abdomen, pembuluh
darahnya terbagi menjadi beberapa gelembung. Gelembung-gelembung inilah yang
dinamakan dengan jantung pembuluh. Tiap-tiap kamar atau gelembung pada jantung
pembuluh ini memiliki sekat yang dinamakan ostia. Sekat ini mencegah darah
mengalir balik ke jantung.
Jantung memompa
darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Berbeda dengan
vertebrata, pembuluh aorta pada serangga memiliki ujung yang terbuka, sehingga
darah mengalir ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah, melainkan beredar
bebas dalam rongga tubuh (homocoel) dan langsung berhubungan dengan jaringan
tubuh. Sistem seperti ini dinamakan sistem peredaran darah terbuka. Darah
membawa sari-sari makanan untuk diedarkan ke sel-sel tubuh dan mengambil sisa
metabolism dari sel-sel tubuh tersebut untuk dibuang melalui sistem ekskresi.
Darah yang beredar di rongga tubuh kemudian masuk ke jantung pembuluh melalui
lubang-lubang halus pada pembuluhnya. Darah kemudian dipompa lagi ke seluruh
tubuh, begitu seterusnya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Serangga termasuk filum
Arthropoda yaitu kelompok hewan yang mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh
bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang keras (exosceleton).
2.
Sistem integumen adalah sistem
organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan
terhadap lingkungan sekitarnya.
3.
Serangga memiliki dinding
tubuh yang disebut integumen. Integumen ini berperan sebagai kerangka luar
(eksoskleleton).
4.
Exoskeleton serangga
(integumen) berfungsi tidak hanya sebagai pelindung seluruh tubuh, tetapi juga
sebagai permukaan untuk otot lampiran, penghalang air-ketat terhadap
pengeringan, dan antarmuka sensorik dengan lingkungan.
5.
Insecta (Serangga) bernapas
dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Proses respirasi pada
serangga sama dengan pada organisme lain, yaitu merupakan proses pengambilan
oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria.
B.
Saran
Mahasiswa perlu mengetahui Siklus hidup dan fisiologi serangga.