25.12.12

Entomologi Kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Artropoda kesehatan membuat dampak yang beragam terhadap kesejahteraan manusia, mulai dari gangguan terhadap kenyamanan hidup, menyebabkan kerugian ekonomi, sampai menimbulkan penyakit yang tidak jarang menyebabkan kematian. Artropoda yang berperan penting terhadap kesehatan termasuk dalam oro-ordo Diptera (nyamuk dan lalat), Phthiraptera (kutu), Hemiptera (kepik), Dictyoptera (lipas), Siphonaptera (pinjal) dan Hymenoptera (semut, tawon dan lebah) dari kelas Insecta (Hexapoda), serta Acari (tungau dan caplak), Araneae (labah-labah) dan Scorpions (kalajengking) dari kelas Arachnida.  Gangguan kenyamanan terutama disebabkan oleh hama permukiman, khususnya nyamuk, lalat, lipas, dan semut, kerugian ekonomis oleh berbagai jenis ektoparasit pada hewan piara, sedang berbagai penyakit disebarluaskan oleh vektor.
Kendala yang ada terutama dihadapi di bidang entomologi veteriner karena amat rendahnya perhatian terhadap masalah yang ditimbulkan. Untuk entomologi kesehatan pada umumnya, kurangnya kepakaran dengan akibat kurangnya informasi tentang bioekologi merupakan tantangan yang harus segera ditangani. Peningkatan penelitian dan sosialisasi peranan entomologi kesehatan dalam pembangunan bangsa perlu dilakukan. Mengingat hal itu maka kami akan membahas tentang Entomologi Kesehatan, siklus hidup serangga dan peranannya dalam kesehatan, fisiologi serangga, sehingga nantinya dapat dilakukan pengendalian yang tepat.
B.      TUJUAN PENULISAN
1.       Mengetahui pengertian Entomologi dan Entomologi Kesehatan
2.       Mengetahui siklus hidup serangga dan binatang pengganggu serta peranannya dalam kesehatan
3.       Mengetahui Fisiologi serangga




BAB II
                                                PEMBAHASAN    
A.      PENGERTIAN ENTOMOLOGI
        Entomologi adalah Ilmu yg mempelajari tentang seluk-beluk serangga pada umumnya. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari artropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.

B.      PENGERTIAN ENTOMOLOGI KESEHATAN
        Ilmu yg mempelajari tentang seluk-beluk serangga yg berperan sebagai vektor penyakit atau yang merugikan kehidupan manusia.

C.      SIKLUS HIDUP SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU
        Selama hidupnya, serangga berubah bentuk beberapa kali. Perubahan ini disebut metamorfosa. Ada dua macam metamorfosa, yakni metamorfosa sempurna dan tidak sempurna.
1.       Metamorphosis tidak sempurna.
        Merupakan metamorphosis yang melewati 2 tahapan yaitu dari telur menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa. Biasanya metamorfosis ini terjadi pada serangga seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya.
a.       Siklus Hidup Capung
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun, tetapi hanya beberapa minggu saja (maksimal sampai 4 bulan) yang dijalaninya sebagai capung dewasa. Ada 3 tahapan dalam siklus hidup capung, yaitu telur, nimfa, dan capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa (serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya)yang hidup di dalam air.
1.       Tahap pertama dalam siklus hidup capung: Telur Setelah capung kawin, capung betina akan
meletakan telurnya pada ranting tanaman yang ada di dalam air. Ada juga capung betina yang melepaskan begitu saja telurnya ke dalam air. Pada beberapa spesies, capung jantan akan tetap bersama dengan capung betina dan terbang bersama sambil sang capung betina meletakan telurnya ke air. Ada juga capung jantan yang melepaskan capung betina setelah kawin tetapi tetap mengawasinya saat capung betina itu bertelur. Kadang capung betina bertelur hanya sendiri saja.
2.       Tahap kedua dalam siklus hidup capung: Nimfa  Setelah telur menetas dalam waktu 1-2 minggu
kehidupan larva capung sebagai nimfa (nymphs, atau naiads) pun dimulai. Nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan Nimfa capung bernafas dengan insang yang ada di dalam rektumnya di ujung perut. Sedangkan nimfa capung jarum bernafas dengan 3 insang seperti bulu yang ada di ujung perutnya. Nimfa capung akan hidup di air sampai menjadi cukup besar untuk kemudian berubah menjadi capung dewasa (imago). Nimfa akan mengalami beberapa kali pergantian kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit itu disebut instar. Tergantung dari jenis spesiesnya, bisa terdapat 8-17 instar. Umur nimfa sendiri dapat mencapai 4 minggu sampai beberapa tahun. Instar terakhir akan merayap keluar dari air, melepas kulitnya dan keluar sebagai capung dewasa.
3.       Tahap ketiga dalam siklus hidup capung: Imago (Capung dewasa)  Ketika nimfa sudah benar
benar berkembang, dan kondisi lingkungan/cuaca mendukung, ia akan menyelesaikan tahap  metamorfosisnya menjadi capung dewasa dengan merayap keluar dari air pada ranting tanaman. Nimfa akan melepaskan kulitnya dan menjadi capung dewasa muda. Kulit nimfa itu di sebut exuvia.
Beberapa spesies
capung melakukan proses pelepasan exuvia pada malam hari dan siap terbang pada keesokan harinya. Spesies lainnya melakukannya pada siang hari. Proses ini biasanya berlangsung singkat, hanya beberapa jam saja, tetapi diikuti oleh jumlah capung yang banyak. Penetasan masal ini menjamin capung jantan dan betina akan dewasa sempurna dalam waktu yang sama. Hal ini juga untuk menjamin agar ada cukup banyak capung dewasa nantinya, yang selamat dari kejaran predatornya, yang akan melanjutkan proses perkembang-biakan selanjutnya.
Ketika
capung melepaskan exuvia-nya, maka ia telah menjadi capung dewasa sepenuhnya namun belum cukup matang secara seksual. Diperlukan waktu sampai sekitar 2 minggu untuk bisa benar-benar dewasa secara seksual (mature). Capung yang baru lahir ini, dengan warna yang lebih pucat dari capung dewasa sepenuhnya,  disebut “teneral” atau immature. Capung akan mulai berburu mangsanya sambil terbang.Ketika capung sudah dewasa sepenuhnya, ia akan mulai mencari lingkungan yang basah dan mulai mencari pasangan. Ketika telah menemukan pasangan dan kawin, capung betina akan mulai bertelur dan siklus hidup capung di mulai lagi. Capung dewasa hanya dapat hidup maksimal sampai 4 bulan.

b.      Siklus Hidup Belalang
Belalang adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda.

1.       Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap
dan organ reproduksi.
2.       Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar
matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
3.       Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara
seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.






c.       Siklus Hidup Jangkrik
1.       Telur
Telur-telur dari marga Gryllus berbenruk silindris seperti buah pisang ambon, berwarna kuning muda bening dengan panjang rata-rata 2,5 - 3 mm. Di salah satu bagian atas dari telur ada tonjolan yang disebut operculum. Tonjolan ini merupakan celah untuk keluarnya nimfa dari dalam telur. Kulit telur tidak akan pecah bila ditekan sekalipun karena sangat liat dan kuat, baru bisa pecah bila ditusuk. Kulit telur ini berfungsi melindungi bagian dalam telur. Saat telur baru diletakkan berwarna kuning muda, cerah dan segar. Satu hari kemudian warnanya berubah menjadi kuning tua cerah dengan garis-garis halus berwarna abu-abu. Tanda-tanda telur yang tidak bisa menetas adalah berwarna kuning agak gelap dengan permukaan keriput. Mengapa telur tidak dapat menetas? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin telur terserang parasit atau penyakit. Kedua, mungkin telur tersebut tidak terbuahi oleh jangkrik jantan. Ketiga, pada saat bertelur kondisi lingkungan tidak mendukung, seperti tidak adanya sarana tempat peletakan telur dan kelembabannya tidak mencukupi. Di alam jangkrik dapat bertelur dan menetaskan telurnya pada tanah atau pasir. Telur ini dikeluarkan dan ditusukkan ovipositornya sedalam 5 - 15 mm di tanah atau pasir. Jangkrik betina dapat bertelur walaupun tidak dikawini jangkrik jantan. Namun telurnya tidak dapat menetas yang disebut dengan telur infertil (tidak subur). Telur ini diletakkan berkelompok. Dalam satu kelompok yang jumlahnya antara 4 - 120 butir ini menetasnya tidak bersamaan. Telur akan menetas di permukaan kapas atau kain yang lembut dan basah pada kisaran hari ke-13 sampai hari ke-25 setelah peletakan telur
2.       Nimfa
Jangkrik stadia nimfa mengalami lima kali pergantian kulit yang disebut eksdisis. Lama proses pergantian kulit tergantung pada besarnya serangga. Pergantian kulit pertama, saat serangga masih kecil, lebih cepat daripada pergantian kulit yang terakhir. Untuk pergantian kulit yang terakhir jangkrik membutuhkan waktu rata-rata 13-15 menit di laboratorium. Kulit dilepaskan dari arah depan ke belakang dengan mengontraksikan otot-ototnya secara pelan-pelan. Jangkrik yang baru berganti kulit warnanya putih pucat. Lima sampai sepuluh menit kemudian warnanya berubah menjadi cokelat muda. Setelah satu jam berikutnya warna berubah menjadi cokelat tua dan sudah dapat berjalan seperti biasanya. Nimfa yang baru keluar dari telur masih tetap bergerombol di sekitar sisa-sisa kulit telur sambil memakn sisa-sisa cairan telur. Selanjutnya nimfa berpencar satu per satu dengan arah yang tidak teratur, dan akan berkumpul di sekitar tempat penetasan yang basah atau lembab sambil mengisapnya. Lama stadia nimfa G. testaceus Walk dan G. mitratus di laboratorium berbeda. Lama stadia nimfa ini selain tergantung jenis jangkriknya juga tergantung jenis makanan yang diberikan. Di laboratorium, nimfa dari jenis yang sama diberi makanan ubi mengalami pertumbuhan lebih lama dibanding dengan diberi wortel. Tetapi jangkrik yang diberi makan ubi mempunyai stamina lebih kuat. Pada nimfa IV, selain opivositor pada betina mulai muncul, juga sayap-sayap mulai berkembang. Pada nimfa V barulah lengkap pertumbuhan sayap jantan dan betina dan bisa dikawinkan.
3.       Dewasa
Serangga muda jenis Gryllus testacus yang dipelihara di laboratorium mulai dapat kawin setelah berumur 7-10 hari, dihitung setelah melewati nimfa V atau setelah menjadi imago atau dewasa. Untuk G. mitratus kawin mulai 8-13 hari. Mulai bertelurnya sama, yaitu 7-10 hari setelah kawin. Jumlah telur yang dikeluarkan atau diletakkan pertama kali umumnya sedikit, kemudian bertambah pada peletakan selanjutnya. Puncak peletakan telur terbanyak pada peletakan yang ketiga sampai kedelapan. Setelah itu jumlahnya menurun lagi sampai pada peletakan telur terakhir yang jumlahnya rata-rata tinggal 4-6 butir. Frekuensi bertelur dari G. testaceus sekitar 16 kali, sedangkan G. mitratus sekitar 25 kali. Telur diletakkan pada media peneluran yang berupa gulungan kapas atau kain halus yang telah dibasahi. Kapas dan kain yang lembab selain berguna untuk meletakkan telur juga berfungsi untuk menjaga kelembaban lingkungan. Peletakan telur dilakukan oleh serangga betina dengan cara menusukkan ovipositor ke dalam tanah, gulungan kapas atau kain. Telur dikeluarkan melalui ovipositor satu per satu. Setelah satu telur keluar, ovipositor ditarik dan digeser sedikit kemudian telur dikeluarkan lagi dan begitu seterusnya sehingga telur terlindungi oleh tanah atau kapas. Jika tidak ditemui media untuk bertelur tersebut maka telur akan diletakkan di sela-sela makanan atau diletakkan berceceran di dasar kandang. Masa produktif jangkrik betina berbeda tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari. Setelah masa produktifnya lewat, betina akan mengalami menopause sebelum ajal kematian menjemputnya. Pada masaa-masa produktif ini baik jantan maupun betina saling memakan, walaupun makanan berlimpah.

d.      Siklus Hidup Kecoa
      Kecoa mengalami metamorfosis tidak sempurna. Kecoa dewasa akan bertelur.Telur kecoa kemudian akan menetas menjadi kecoa muda yang tidak bersayap.

2.       Metamorfosis sempurna.
Merupakan metamorphosis yang melewati tahapan-tahapan mulai dari telur-larva-pupa-imago
(dewasa). Contoh metamorphosis sempurna terjadi pada katak dan kupu-kupu. Berikut adalah proses metamorfosis sempurna :
a.       Siklus Hidup Katak
Metamorfosis pada katak pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu. Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa.

b.      Siklus Hidup Kupu-kupu
Kupu – kupu mengalami metamorfosis sempurna. Daur hidupnya di mulai daritelur. Telur kemudian berkembang dan tumbuh menjadi ulat. Ulat biasanya hidup di atasdaun dan memakan daun sebagai makanannya. Ulat – ulat kemudian memakan dauntanpa henti. Setelah mengalami pergantian kulit selama 3 sampai 4 kali, ulat kemudian bergerak sangat lambat. Lalu ulat akan membungkus dirinya dengan air liurnya danmelekat pada daun / batang . Bentuk kepompong berlangsung lama beberapa hari dankemudian akan berubah menjadi kupu – kupu





c.       Siklus hidup Lalat
1.       Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran manusia atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.
2.       Stadium Kedua (Stadium Larva atau Tempayak)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu:Tingkat I --- Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Tingkat II --- Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak.
Tingkat III --- Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong.
3.       Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda.
4.       Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.
3.       Siklus Hidup Binatang Pengganggu
a.       Siklus Hidup Nyamuk
        Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu : Tingkatan di dalam air.   Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies - dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang. Panjang siklus hidup nyamuk sangat bervarisi, tergantung jenis spesiesnya. Lama siklus pada tiap tahap perkembangan masing-masing nyamuk juga tidak sama. Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada 20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadium) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadium dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas.
1.       Nyamuk Dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum.
2.       Telur Nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda–beda tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan- tumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan.
Tidak menutup kemungkinan, telur nyamuk biasanya(spesies tertentu saja) diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Setelah itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini. Inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Stadium telur ini memakan waktu 3.        Jentik Nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulu-bulunya,  Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomyia hidup dalam keadaan luar biasa. Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai.
3.       Kepompong/Pupa
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Pada staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang. Stadium kepompong akan memakan waktu lebih kurang 1-2 hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antena, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.

b.      Siklus Hidup Tikus
Tikus dan mencit mencapai umur dewasa sangat cepat, masa kebuntingannya
sangat pendek dan berulang-ulang dengan jumlah anak yang banyak pada
setiap kebuntingan.


 









D.     PERANANNYA DALAM KESEHATAN
        Tidak semua jenis serangga merugikan manusia, ada beberapa jenis serangga mempunyai arti
penting bagi kehidupan man.
misalnya. Lebah penghasil madu. Selain menghasilkan Madu, juga berperan membantu proses penyerbukan pada tanaman.
1.       Peranan Serangga dalam kesehatan.
Yaitu serangga (artropoda) itu sendiri yang menyebabkan sakit pada organ manusia atau hewan.
mis. Entomofobia, dermatosis kehilangan darah, racun serangga, alergi, miasis dan kerusakan alat indra.
2.       Peranan serangga dlm kesehatan.
Selain serangga dapat menimbulkan penyakit pada manusia secara langsung, namun serangga juga berperan sebagai vektor penyakit.misal : Nyamuk Aedes sebagai vektotr penyakit Demam Berdarah Dengue. Nyamuk Culex sebagai  vektor penyakit Filariasis
3.       Keuntungan serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll. Disamping peran secara langsung serangga juga memiliki peran yang tidak langsung yaitu menjaga keseimbangan ekologi di alam, karena serangga adalah salah satu dari rantai makanan, dimana beberapa jenis burung menjadikan serangga sebagai makanannya, namun jika jumlah yang tidak terkendali karena keseimbangan alam yang terganggu karena akibat berkurangnya pemangsa serangga, maka jumlah serangga akan tidak terkendali, karena salah satu sifatnya perkembang biakannya yang cepat, sehingga hal ini juga akan merugikan, baik bagi pertanian, perkebunan, kepada manusia secara langsung.






E.      FISIOLOGI SERANGGA
A.      Sistem Integument
        Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin integumentum yang berarti penutup. Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Serangga memiliki dinding tubuh yang disebut integumen. Integumen ini berperan sebagai kerangka luar (eksoskleleton).
a.      Anatomi Luar Integumen
Integumen terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :
  1. Lapisan dasar (basement membrane).
  2. Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
  3. Lapisan kutikula yang tebalnya kurang lebih 1m.
Kutikula terdiri dari sel-sel mati yang dibentuk oleh sel hidup di bawahnya yaitu epikutikula, dan terdiri dari prokutikula dan epikutikula. Prokutikula terdiri dari lapisan yang lebih tebal dibandingkan epikutikula.
1.       Prokutikula terdiri dari lapisan endokutikula dan eksokutikula.
  1. Epikutikula merupakan lapisan tipis yang biasanya terdiri dari :
A.      Lapisan dalam disebut lapisan kutikulin (lipoprotein).
B.      Lapisan luar disebut lapisan lilin yang sulit ditembus air.
  1. Bagian yang mengeras dari kutikula terutama terdapat pada lapisan eksokutikula, disebabkan oleh adanya sklerotin sebagai hasil dari proses pengerasan yang disebut dengan sklerotisasi.
  2. Kutikula relatif permiabel, dan bila keadaannya tipis, maka dapat dilalui oleh air dan gas.


Pada kutikula sering dijumpai :
  1. sulkus, yaitu lekukan pada kutikula bagian luar
  2. sutura, yaitu garis persatuan antara dua sklerit yang terpisah
  3. apodema atau apofisis, yaitupenonjolan bagian dalam kutikula
Integumen serangga sangat sering terlibat dalam strategi pertahanan terhadap predator dan agen patogen. Umumnya merupakan titik kontak pertama dalam interaksi antara musuh alami serangga dan semacamnya. Ini seringkali menawarkan perlindungan yang efisien sebagai penghalang fisik karena kekerasannya, misalnya, dalam kumbang dewasa. Pada ekstrim yang berlawanan, sebuah kekuatan mekanik rendah integumen dapat terlibat dalam strategi pertahanan serangga juga.
Exoskeleton serangga (integumen) berfungsi tidak hanya sebagai pelindung seluruh tubuh, tetapi juga sebagai permukaan untuk otot lampiran, penghalang air-ketat terhadap pengeringan, dan antarmuka sensorik dengan lingkungan. Ini adalah struktur berlapis dengan empat wilayah fungsional: epicuticle, procuticle, epidermis, dan membran basal.
Epidermis pada dasarnya merupakan suatu jaringan sekretorik yang dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Hal ini bertanggung jawab untuk memproduksi setidaknya bagian dari membran basement serta semua lapisan atasnya dari kutikula. Membran basal adalah bilayer mendukung mucopolysaccharides amorf (lamina basal) dan serat kolagen (lapisan retikuler). Membran ini Procuticle terletak tepat di atas epidermis. Ini berisi microfiber kitin dikelilingi oleh matriks protein yang bervariasi dalam komposisi dari serangga ke tempat serangga dan bahkan dari ke tempat dalam tubuh serangga tunggal. Sebagai bentuk procuticle, itu ditetapkan dalam lamellae tipis dengan microfiber kitin berorientasi pada sudut yang sedikit berbeda di setiap lapisan berikutnya. Di beberapa bagian tubuh, procuticle stratifies menjadi exocuticle, keras luar dan endocuticle, lembut batin.
Diferensiasi exocuticle melibatkan proses kimia (disebut sclerotization) yang terjadi segera setelah meranggas masing-masing. Selama sclerotization, molekul protein individu dihubungkan oleh senyawa kuinon. Reaksi-reaksi “memperkuat” matriks protein, menciptakan kaku “piring” dari exoskeleton yang dikenal sebagai sclerites. Kuinon lintas-hubungan tidak terbentuk di bagian mana resilin exoskeleton (suatu protein elastis) hadir dalam konsentrasi tinggi. Daerah ini merupakan membran – mereka tetap lembut dan fleksibel karena mereka tidak pernah mengembangkan exocuticle baik dibedakan.berfungsi sebagai dukungan untuk sel-sel epidermis dan efektif memisahkan hemocoel (rongga tubuh utama serangga) dari integumen tersebut.. Epicuticle adalah bagian terluar dari kutikula. Fungsinya adalah untuk mengurangi kehilangan air dan menghalangi invasi benda asing. Lapisan paling dalam epicuticle sering disebut lapisan cuticulin, strata terdiri dari lipoprotein dan rantai asam lemak tertanam dalam kompleks protein-polifenol. Sebuah monolayer berorientasi molekul lilin terletak tepat di atas lapisan cuticulin, yang berfungsi sebagai penghalang utama untuk pergerakan air ke dalam atau keluar dari tubuh serangga. Dalam banyak serangga lapisan semen meliputi lilin dan melindunginya dari abrasi.

B.Sistem Pernapasan
Semua binatang memerlukan pembekalan energi dan umumnya mendapatkan energi melalui proses respirasi (pernafasan).  Respirasi terdiri dari pengambilan, transportasi dan penggunaan oksigen oleh jaringan-jaringan dan pelepasan dan pembuangan limbah, terutama dioksida dan lingkungannya disebut respirasi luar (eksternal), sedang pertukaran gas di dalam sel disebut respirasi dalam (internal) atau metabolisme respirasi. Respirasi luar pada hampir semua serangga dilaksanakan oleh sistem trakea.  Melalui sistem ini udara/oksigen dari luar diantarkan ke jaringan dan sel-sel yang memerlukan. Pada serangga ukuran besar yang aktif, untuk melancarkan proses pernapasan itu dibantu sedikit-banyak oleh ventilasi mekanis dari trakea abdomen dan kantung-kantung udara yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan ritmik tubuh.  Proses ini disebut ventilasi aktif. Analisis menunjukkan bahwa seperempat dari jumlah CO2 yang terjadi karena respirasi lepas keluar melalui permukaan tubuh. Hal ini karena gas CO2 dapat berdifusi melalui jaringan binatang 35x lebih cepat daripada oksigen            (Jumar, 2000).
Insecta (Serangga) bernapas dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Udara keluar masuk ke pembuluh trakea melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau spirakel. Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat terbuka dan tertutup karena adanya katup-katup yang di atur oleh otot. Tabung trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran kurang lebih 0,1 nano meter. Cabang ini disebut trakeolus (berisi udara dan cairan). Oksigen larut dalam cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada Insecta, oksigen tidak diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea.
Faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain adalah temperatur suhu cuaca. Jika temperatur suhu cuacanya tidak teratur bisa mempengaruhi laju konsumsi oksigen semakin banyak atau tidaknya. Faktor spesies hewan, jika menguji pernapasan pada hewan yang lebih besar pasti membutuhkan lebih banyak laju mengkonsumsi oksigen. Faktor ukuran badan, jika hewan berukuran kecil pasti tidak banyak membutuhkan oksigen dan jika ukuran badan hewannya besar pasti membutuhkan oksigen yang banyak. Dan faktor aktivitasnya, semua makhluk hidup jika aktivitasnya banyak pasti membutuhkan banyak oksigen juga sama seperti halnya pada hewan jangkrik .
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.Proses respirasi pada serangga sama dengan pada organisme lain. Yaitu merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik serangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas, di udara terdapat kurang lebih 20% oksigen, sedangkan di air sekitar 10%. Oleh karenanya kecepatan difusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada kecepatan difusi O2 di udara.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur.
Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Udara masuk melalui empat pasang spirakel depan dan keluar melalui enam pasang spirakel belakang. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel, kemudian menuju pembuluh-pembuluh trakea, selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus. Dengan demikian, oksigen dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus merupakan cabang-cabang terkecil berukuran ± 0,1 mµ dari saluran pembuluh trakea yang berhubungan langsung dengan jaringan tubuh dan tidak berlapis zat kitin. Trakeolus ini merupakan tempat terjadinya pertukaran udara pernapasan. Trakeolus mempunyai fungsi sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada Vertebrata. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga megenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh. Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Con­tohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun,tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah terkan­dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Mekanisme pernapasan pada serangga adalah sebagai berikut (misal belalang):
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut OZ dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
C.      Sistem Pencernaan
Bentuk morfologi saluran pencernaan tergantung pada :
a.      Jenis serangga
b.     Cara makan
c.      Cara hidup
Misalnya : Serangga pengunyah, mempunyai saluran makanan yang lebih sederhana daripada serangga yang menghisap cairan madu.

Saluran makanan ada 3 bagian :
a.       Saluran depan
Berasal dari pelipatan stomodeum, dilapisi dengan lapisan kutikula tipis, berfungsi mengambil dan mengolah makanan, tidak menghasilkan enzim tetapi mempunyai kelenjar lusah yang bermuara di mulut
b.      Saluran tengah
Berasal daro endoderm dan tidak mempunyai lapisan kutikula, berfungsi untuk menyerap makanan.
c.       Saluran belakang
Terjadi dari pelipatan proctodeum dan mempunyai lapisan kutikula pada permukaan dalamnya, berfungsi untuk membuang makanan.
Pada ordo Collembola mempunyai saluran yang sangat sederhana, tidak mempunyai bagian-bagian penonjolan yang berarti dan tidak mempunyai tabung malhigi. Serangga pengunyah mempunyai proventriculus yang tumbuh dengan bak dan tidak terdapat pada serangga penghisap cairan. Pada lipas, makanan dari mulut masuk ke tembolok (crop) dan masih mengandung campuran ludah. Pada proventriculus makanan lebih dihaluskan lagi karena adanya gerigi pada bagian ini. Fungsi rigi-rigi ini supaya makanan tidak kembali ke tembolok.
Pada lebah, oesofagusnya sangat panjang dan temboloknya juga tumbuh baik. Pada serangga penghisap farinxnya berubah menjadi alat hisap proventriculus tidak ada, contohnya pada lalat, kupu-kupu mempunyai kerongkongan yang sempit dengan tembolok yang tumbuh membesar ke samping.
D.     Sistem Syaraf
Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives  sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang.
Ada 3 macam ganglion :
(1)    Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
(2)    Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
(3)    Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu :
sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.
sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf.
sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Ada 3 macam susunan, yaitu
  1. Monopolar
  2. Bipolar
  3. Multipolar



Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang bentuk lainnya adalah "monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada SSP.
Neuron bipolar dengan demikian lebih banyak dipergunakan untuk menerima dan meneruskan rangsang, sementara yang monopolar dipergunakan untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai dengan jenis rangsang.
Organ Peraba, Syaraf, dan Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor dan mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan mata serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Siatem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem syaraf visceral adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang penting dalam membawa impuls melewati synapse.

E.      Sistem Peredaran Darah
        Organ sirkulasi pada serangga berupa jantung pembuluh dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang utama pada serangga ialah pembuluh darah dorsal (punggung) yang memanjang di sepanjang thorax (dada) dan abdomen (perut). Pada bagian abdomen, pembuluh darahnya terbagi menjadi beberapa gelembung. Gelembung-gelembung inilah yang dinamakan dengan jantung pembuluh. Tiap-tiap kamar atau gelembung pada jantung pembuluh ini memiliki sekat yang dinamakan ostia. Sekat ini mencegah darah mengalir balik ke jantung.
      Jantung memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Berbeda dengan vertebrata, pembuluh aorta pada serangga memiliki ujung yang terbuka, sehingga darah mengalir ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah, melainkan beredar bebas dalam rongga tubuh (homocoel) dan langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Sistem seperti ini dinamakan sistem peredaran darah terbuka. Darah membawa sari-sari makanan untuk diedarkan ke sel-sel tubuh dan mengambil sisa metabolism dari sel-sel tubuh tersebut untuk dibuang melalui sistem ekskresi. Darah yang beredar di rongga tubuh kemudian masuk ke jantung pembuluh melalui lubang-lubang halus pada pembuluhnya. Darah kemudian dipompa lagi ke seluruh tubuh, begitu seterusnya.









BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
1.       Serangga termasuk filum Arthropoda yaitu kelompok hewan yang mempunyai kaki beruas-ruas, tubuh bilateral simetris dan dilapisi oleh kutikula yang keras (exosceleton).
2.       Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
3.       Serangga memiliki dinding tubuh yang disebut integumen. Integumen ini berperan sebagai kerangka luar (eksoskleleton).
4.       Exoskeleton serangga (integumen) berfungsi tidak hanya sebagai pelindung seluruh tubuh, tetapi juga sebagai permukaan untuk otot lampiran, penghalang air-ketat terhadap pengeringan, dan antarmuka sensorik dengan lingkungan.
5.       Insecta (Serangga) bernapas dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Proses respirasi pada serangga sama dengan pada organisme lain, yaitu merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria.
B.      Saran
Mahasiswa perlu mengetahui Siklus hidup dan fisiologi serangga.